Apa itu feedback?
Feedback adalah tindakan atau aksi memberikan informasi terkait reaksi atas suatu produk, performa seseorang atas perbuatan, tugas, pekerjaan, dan lainnya, yang mana digunakan sebagai dasar untuk perbaikan (improvement) menjadi lebih baik lagi.
Di zaman serba daring sekarang ini, kita tidak asing dengan aplikasi belanja online seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak, dan lain-lain, serta aplikasi ojek online seperti Gojek, Grab, dan lainnya. Ketika selesai bertransaksi, kita diminta penilaian (review) serta komentar (comment) baik terhadap produk yang dibeli maupun layanan yang telah diberikan. Biasanya, penilaian ini dalam skala 1 sampai 5 dan divisualisasikan dalam bentuk bintang. Semakin tinggi nilai yang diberikan, semakin menunjukkan bagaimana reaksi kita atas produk yang diterima dan tingkat kepuasannya. Jika nilainya kecil dan banyak komentar negatif, tentunya, hal ini menjadi feedback untuk perbaikan produk dan layanan kedepannya.
Itulah kenapa sering terdengar “Jangan lupa bintang limanya ya kak” sebagai permintaan para driver ojol setelah selesai mengantarkan sampai tujuan ataupun makanan pesanan kita. Bagaimana jika pelanggan tidak memberikan bintang lima? Biasanya, akan ditampilkan halaman yang berisi pertanyaan-pertanyaan terkait ketidakpuasan pelanggan. Komplain pelanggan disalurkan menjadi feedback baik untuk driver maupun penyedia aplikasi.
Kenapa perlu feedback?
Tidak ada manusia yang tidak ingin berkembang menjadi lebih baik. Terlebih lagi, keinginan untuk meningkatkan sesuatu itu sudah ada dalam diri manusia sebagai makhluk hidup yang dikaruniai akal & budi. Hanya saja, kecepatan dan percepatan hasil pencapaiannya berbeda-beda tergantung banyak faktor yang mempengaruhi entah dari sisi internal atau eksternal.
“Pengen punya body kayak Jennifer Lopez, sexy abisss…”
“Kok gajiku gini-gini aja sih… Kapan bisa healing nih ke Labuan Bajo kalo gini caranya?”
“Dia lagi.. Dia lagi…Gak fair nih si bos…Diapresiasi dong hasil kerja kita!!!”
“Udah pinter, jago maen musik, jago olahraga lagi, banyak duitnya lagi. Pengen deh kayak dia”
Kita memiliki segudang impian dan keinginan. Sayangnya, tidak semua terwujud sesuai dengan apa yang diharapkan. Usaha dan kerja keras selama ini dirasa percuma. Namun, seringkali kita lupa bahwa orang lain dapat membantu dan berpartisipasi dalam pencapaian keberhasilan kita.
Sejauh mana kita mengenali kelebihan atau kelemahan diri kita sendiri? Semakin mengetahui kelebihan kita sendiri, semakin besar peluang keberhasilan yang akan diraih. Apakah cukup hanya dengan refleksi diri? Tentu tidak. Kita membutuhkan kaca mata orang lain. Kenapa? Karena orang lain dapat melihat sisi lain yang kita sendiri tidak dapat melihatnya.
Cermin hanya mampu untuk memperlihatkan tampilan bagian luar kita. Bahkan, bagian belakang tubuh pun dapat kita lihat dengan jelas. Dalam ruangan gym, misalnya, bentuk tubuh setiap orang terlihat dari berbagai sisi karena setiap bagian ruangan dikelilingi oleh cermin.
Bagaimana dengan bagian dalam tubuh? Sudah ada teknologi kedokteran yang mampu untuk menggambarkan setiap inci organ dalam manusia. Itu dari faktor fisik. Lalu, bagaimana dengan faktor psikis kita? Sudah ada juga tes psikologi untuk mengetahui kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kepribadian, watak, karakter, dan sebagainya.
Tetapi, semuanya itu tidak murah. Kita perlu mengeluarkan uang hanya untuk mengetahui diri kita seperti apa. Apakah ada yang gratis? Jawabannya ada yaitu feedback. Kenapa? Karena kita hanya perlu meminta sedikit waktu dari orang-orang di sekitar kita. Sebaliknya, kita juga dapat memberikan feedback ke mereka.
Bagaimana cara memberikan feedback?
Ada metode untuk memberikan feedback yang sederhana dan tepat yaitu : Continue – Start – Stop. Sederhana memang, tetapi tidak mudah untuk dilakukan. Kenapa? Karena kita harus menggali dan menemukan kata-kata yang tepat agar jelas, tidak ambigu, dan tidak disalahartikan serta diungkapkan dengan sopan tanpa adanya tendensi untuk menyerang atau menjatuhkan seseorang. Clarity atau kejelasan adalah kata kuncinya.
Continue
Pertama, berikan apresiasi untuk hal-hal yang sudah bagus dan baik kepada seseorang atau organisasi, entah itu hasil kerjanya, perilakunya, sikapnya, kontrol emosinya, apapun itu yang menunjukkan perubahan diri meskipun kecil dan belum optimal. Pujian ataupun pengakuan yang tulus dan tidak dibuat-buat, dapat memberikan dampak yang luar biasa bagi orang tersebut. Orang akan merasa dihargai atas usahanya dan semakin mengetahui kemajuan atau progress yang telah dilalui karena telah divalidasi oleh orang lain, serta melanjutkan (continue) hal-hal yang sudah bagus dan baik tersebut.
Tunjukkan perubahannya dengan menerapkan cara sebelum dan sesudah (before – after). Jika terkait pekerjaan, dapat dilihat dari persentasenya. Misalnya, ada kenaikan progress dari 50% ke 60%. Walaupun hanya 10% dan masih berjuang untuk 40% lagi, hasil kerjanya dihargai dan dapat memicu semangatnya untuk menyelesaikan sisanya atau bahkan menghasilkan lebih besar lagi berkat pujian yang tepat dan tulus.
“Wah… keren kamu sekarang, sabar banget. Padahal, sebelumnya, gampang banget tersulut emosinya. ”
“Ternyata ide kamu bagus juga ya. Belum pernah lho aku denger langsung dari kamu.”
“Akhirnya, kamu mau jadi pembicara di sharing session team. Gak gampang ngebujuk kamu tuh.”
“Aku bangga kamu mengakui kesalahan dan kekuranganmu. Butuh keterbukaan, integritas, dan penerimaan diri soalnya. Salut!!!”
Start
Dari continue, telah ditunjukkan hal-hal apa saja yang menurut kita layak untuk dilanjutkan oleh orang atau organisasi yang diberikan feedback. Setelah itu, kita dapat memberikan masukan atau saran agar mulai (start) melakukannya. Mulai di sini tidak harus dari titik 0 (nol), melainkan juga peningkatan dari yang sebelumnya ke tingkat berikutnya seperti halnya menaiki anak tangga.
Memang, tidak semua orang terima ketika diberikan saran apalagi memberikan saran kepada atasan atau yang lebih tua dari kita. Rasa sungkan dan takut biasanya bercampur aduk ketika akan mengungkapkannya. Diawali dengan kata “sebaiknya” dapat membantu kita dalam memberikan saran yang tepat. Kenapa? Karena tidak ada unsur paksaan ataupun menggurui. Orang akan cenderung mempertahankan diri jika diharuskan, terlebih dipaksa, untuk mengikuti kata-kata orang lain. Terlebih lagi dari orang yang lebih muda, kurang berpengalaman, kurang hebat, kurang terpandang, kurang berwawasan, dan kurang-kurang lainnya menurut kacamata dari orang yang diberikan feedback.
Selain itu, bagikan pengalaman kita yang relevan. Misalnya, membagikan pengalaman tentang kursus daring yang pernah diikuti, buku referensi yang telah kita baca, video atau podcast yang menginspirasi kita, yang mana itu dirasa sesuai dengan orang tersebut dan membantunya untuk lebih berkembang lagi.
Stop
Stop atau berhenti adalah saran yang diberikan kepada seseorang atau organisasi untuk berhenti melakukan sesuatu yang nantinya dianggap tidak berjalan dengan baik. Hal ini penting untuk disampaikan karena kita sendiri kadang tidak menyadari apa dan kapan menghentikan hal-hal yang berpotensi menghambat keberhasilan kita. Kita cenderung untuk selalu yakin dengan apa yang kita anggap baik dan benar, padahal justru sebaliknya.
Ketika mengungkapkan ketidaksukaan atau ketidaksetujuan dan dengan dibalut kemarahan, apalagi meledak-ledak, reaksi orang yang dimarahi beragam. Ada yang diam karena takut atau merasa bersalah. Ada juga yang tersinggung dan membalas balik dengan kemarahan yang sama. Akibatnya, emosi tersalurkan, tetapi saran atau maksud dari kita ke orang tersebut tidak dapat diterima dengan baik atau bahkan ditolak sama sekali.
Kita dapat mentransformasikan segala bentuk protes, kemarahan, kekesalan, kekecewaan, benci, dendam, dan emosi negatif lainnya kepada seseorang menjadi kata-kata atau saran yang jelas dan mudah dipahami. Dengan demikian, saran kita akan menjadi lebih mudah diterima dan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan refleksi diri.
“Bro, janganlah kerja sendiri. Kita ini team!”
“Berhentilah menyalahkan orang lain, bos!”
“Sebaiknya jangan meminta orang lain menuruti semua kemauanmu.”
“Berhentilah menganggap dirimu tidak mampu.”
“Proyek ini sebaiknya dihentikan karena tidak menguntungkan perusahaan.”
Kepada siapa feedback diberikan?
Feedback dapat diberikan kepada siapa saja, entah itu atasan, rekan kerja, anggota tim, teman-teman, orang tua, kakak, adik, saudara, sahabat, bahkan musuh sekalipun. Sebaliknya, kita dapat menerima feedback dari siapapun. Memberikan feedback yang membangun, menunjukkan kepedulian kita kepada orang lain. Demikian juga, ketika menerima feedback dengan hati terbuka, kita pun menunjukkan bahwa kita peduli kepada mereka.
Kapan feedback diberikan dan diterima?
BSA menyelenggarakan sesi feedback untuk semua karyawannya setiap 6 bulan sekali. Setiap karyawan diberikan formulir daring dengan format : apa saja yang sudah baik dan patut diberikan apresiasi, perilaku apa saja yang masih kurang baik dan kurang mencerminkan nilai Swadharma BSA, dan saran agar dapat perbaiki untuk lebih baik lagi kedepannya. Formulir ini ditujukan kepada atasannya, rekan kerjanya, anggota timnya, dan tim lain yang terlibat selama 6 bulan terakhir. Di luar sesi ini, feedback dapat diberikan kapan saja jika dibutuhkan.
Apakah berdampak bagi BSA? Tentunya, berdampak secara langsung dan tidak langsung. Hal ini ditentukan oleh tingkat kejujuran dan kejelasan pemberi feedback serta keterbukaan penerima feedback. Namun, kebiasaan ini menjadi budaya kerja yang sehat dan kondusif berlandaskan kepada nilai-nilai BSA yaitu Swadharma BSA.
Akhir kata
Feedback dapat membantu kita “bercermin” untuk melihat diri kita seperti apa dari kaca mata orang lain. Demikian juga sebaliknya, kita memberikan validasi seperti apa mereka di mata kita. Motivasinya adalah membangun dan meningkatkan kualitas diri; menunjukkan keterbukaan dan kepedulian; dan tentunya, menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari yang sebelumnya agar berhasil dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan.