SMART WATER GRID MANAGEMENT : Solusi Masa depan untuk Manajemen Air Berkelanjutan

Meski dikenal sebagai salah satu negara dengan perkembangan terpesat di dunia, isu sumber daya air masih menjadi salah satu permasalahan utama di Indonesia, rumah bagi lebih dari 270 juta jiwa. Hanya 60% penduduk Indonesia yang memiliki akses ke sumber air yang aman termasuk air pipa dan sumur terlindung, dan sisanya bergantung pada sumber air yang terkontaminasi, seperti sungai, danau, dan sumur tak terlindungi.

Hal tersebut tentu saja menjadi tantangan signifikan untuk PDAM dalam menyediakan air minum yang aman, terjangkau, dan dapat diakses secara berkelanjutan yang memenuhi standar baik kuantitas maupun kualitas untuk semua warga negara. Selain itu, investasi yang tidak memadai di sektor pengairan telah mengakibatkan kekurangan instalasi pengolahan air yang layak, fasilitas penyimpanan, dan jaringan distribusi. Banyak jaringan distribusi PDAM dibangun puluhan tahun lalu tanpa pencatatan yang baik, sehingga pemetaan saluran pipa menjadi kurang tepat. Dikombinasikan dengan kurangnya sistem pemantauan yang real-time menjadikan tidak adanya sistem peringatan dini yang memberi tahu PDAM terlebih dahulu ketika ada potensi kebocoran. Hal ini memperpanjang waktu pemeliharaan dan menyebabkan tingkat Non Revenue Water (NRW), atau  Air Tidak Berpendapatan yang lebih tinggi.

Rata-rata air tidak berekening (NRW) nasional pada tahun 2021 di Indonesia adalah sebesar 33,24%. Angka sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi dari yang disebutkan, karena sebagian besar PDAM masih menghadapi kekurangan sistem deteksi & pengukuran kehilangan air otomatis dan real time yang baik, menurut Putri Respati, COO Bima Sakti Alterra (BSA). Angka NRW yang tinggi menyebabkan PDAM mengalami kerugian finansial, yang mana dana tersebut idealnya dapat digunakan PDAM untuk memperluas layanannya menjangkau lebih banyak masyarakat. Masalah operasional dan keuangan ini berkontribusi pada kinerja PDAM saat ini di seluruh Indonesia. Hal tersebut menggambarkan sejauh mana efisiensi dan efektivitas pengelolaan perusahaan dilakukan. Tanpa manajemen produksi dan distribusi air yang tepat, kita berisiko kehilangan kesempatan untuk melestarikan sumber daya air dan memenuhi kebutuhan air di masa depan.

“Meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan melalui pendekatan multidimensi berbasis teknologi informasi dan data-centric, menjadi fokus kami saat ini, karena kami di BSA percaya bahwa dengan mengintegrasikan infrastruktur pengelolaan air, manajemen risiko dan analisis data akan memberikan kelayakan pengelolaan air yang komprehensif untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat,” kata Putri kepada DailySocial.

Baca Selengkapnya :  5 Pertimbangan yang Harus Diperhatikan Saat Memilih Sistem Payroll

SWGM SEBAGAI SOLUSI PENGELOLAAN AIR

Untuk mengatasi isu-isu tersebut, BSA mengembangkan solusi Smart Water Grid Management (SWGM) yang mencakup berbagai aspek dalam penerapannya. Solusi ini merupakan perluasan dari sistem administrasi ERP yang telah diluncurkan perusahaan 14 tahun lalu dan telah digunakan oleh lebih dari 100 PDAM di seluruh Indonesia. Pengembangan ini adalah bagian dari komitmen BSA untuk membantu dan meningkatkan teknologi pengelolaan air dan berkontribusi untuk masa depan yang berkelanjutan.

Gambar 1. Framework SWGM

Analisis Risiko Sumber Daya Air

Pada aspek ini, SWGM membantu menganalisis sumber daya air dan penggunaannya, dengan memetakan kebutuhan air di wilayah tersebut dan membandingkannya dengan potensi ketersediaan air baku. Hal ini memungkinkan PDAM untuk mengelola sumber daya airnya sehingga memenuhi standar kuantitas dan kualitas yang tepat bagi pelanggan dan masyarakat.

Manajemen dan Pemantauan Data Real Time

Data dikumpulkan dan dianalisis secara real-time maupun periodik, yang akan membantu PDAM dengan cepat mendapatkan informasi terkait kondisi produksi dan distribusi air. Berbagai sensor dipasang, seperti sensor tekanan, sensor aliran, sensor kelistrikan, sensor level dan kualitas air, serta berbagai sensor penting lainnya untuk menangkap data real-time di lapangan.

Sistem Terintegrasi

SWGM adalah ekosistem yang memberikan kemampuan bagi PDAM untuk memantau aliran air, mulai dari produksi, transmisi, distribusi hingga konsumsi di tingkat pelanggan (Gambar 2). Ini menunjukkan penggunaan air, neraca air, dan deteksi awal kebocoran di sepanjang sistem perpipaan melalui satu dasbor terintegrasi. Inilah konsep multidimensional yang diusung oleh SWGM.

Gambar 2. Diagram Implementasi SWGM 

Sensor-sensor berbasis IoT dipasang pada titik-titik yang telah ditentukan dari produksi hingga distribusi untuk memberikan laporan secara real time mengenai kondisi aliran air, penggunaan air, dan kinerja aset di lapangan. Data anomali apapun yang terjadi dapat diperoleh secara real time, sehingga peringatan, penyebab, dan saran perbaikan dapat dikirim langsung ke perangkat Operator Lapangan secara instan. Integrasi yang mulus ini akan memungkinkan PDAM untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan merumuskan solusi dengan cepat. Selain itu, dengan penerapan machine learning sistem ini akan lebih cerdas dan tepat untuk memberikan solusi yang lebih valid melalui data/kasus yang lebih besar yang telah dipecahkan sebelumnya.

Baca Selengkapnya :  Denda PDAM Tanggal Berapa? Pahami Batas Pembayaran dan Cara Menghindarinya

Terintegrasi dengan WebGIS, data ini akan secara khusus menampilkan situasi real-time sesuai titik lokasi. Sistem SWGM juga dapat dengan mudah mengisolasi data untuk dapat mempersempit sumber masalahnya. Selain itu, integrasi lintas platformnya akan memudahkan departemen terkait untuk menerima peringatan melalui aplikasi seluler dan Telegram, yang kemudian akan memicu perintah kerja kepada petugas yang bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan. Petugas dapat dengan mudah menginput formulir hasil survei dan kegiatan pemeliharaannya melalui satu aplikasi yang sama, sehingga semua proses administrasi dan teknis berjalan efektif, efisien dan terdokumentasi dengan baik.

Sistem rantai pasokan airnya juga akan memvisualisasikan seluruh aliran air dari produksi hingga konsumsi, lengkap dengan data dari berbagai sensor yang disebutkan di atas. Tidak hanya data teknis, sistem rantai pasokan air mampu memberikan wawasan finansial. Dalam waktu dekat, juga bisa mensimulasikan perluasan jaringan pipa PDAM.

Pendukung Keputusan

Data yang disajikan akan memberikan informasi yang mendalam untuk pengambilan keputusan yang cepat dalam operasional PDAM. Para pemangku kepentingan, mulai dari petugas lapangan hingga jajaran Direksi akan dapat dengan mudah mengakses data real time dan historical sesuai kebutuhan masing-masing untuk mendukung pengambilan keputusan maupun kebijakan. Data divisualisasikan dalam dasbor seluler dan tampilan Command Centre untuk koordinasi yang lebih baik antar departemen. Pada tahap pengembangan selanjutnya, apabila suatu solusi atau tindakan perlu dilakukan pada beberapa aset, maka akan dilakukan melalui Smart Remote Control System, yang terintegrasi dengan SGWM itu sendiri, untuk melakukan tindakan atau keputusan yang lebih otomatis.

IMPLEMENTASI SWGM DI PERUMDAM TIRTA SANJIWANI, GIANYAR REGENCY, BALI

PERUMDAM Tirta Sanjiwani, merupakan salah satu PDAM di Indonesia yang melayani 61.000 rumah tangga di Kabupaten Gianyar, dan menyuplai kebutuhan air bersih bagi sekitar 469.000 jiwa, 77% dari total penduduk Gianyar. Tirta Sanjiwani merupakan salah satu dari 100 klien BSA yang telah berkomitmen untuk mengimplementasikan SWGM pada tahap awal. Sejak tahun 2021, Tirta Sanjiwani telah memasang berbagai sensor berbasis IoT di beberapa titik yang ditentukan dalam DMA (District Meter Area). Diintegrasikan dengan WebGIS, Tirta Sanjiwani berhasil mengidentifikasi lebih awal jika terjadi penurunan tekanan air yang dapat berdampak pada penurunan layanan, dan pelanggan mana yang terkena gangguan layanan.

Baca Selengkapnya :  Pemanfaatan Web GIS untuk Operasional PDAM

Figure 3. IoT Data logger built by BSA to log and send data from multiple sensors

Di awal tahun 2023, Perumdam Tirta Sanjiwani dan Bima Sakti Alterra telah sepakat untuk mengimplementasikan solusi SWGM yang lebih komprehensif, yang diujicobakan di zona teknis Blahbatuh. Proyek percontohan ini akan mengisolasi aliran air dari produksi ke konsumsi 70 rumah tangga. Sensor ketinggian air dipasang di reservoir untuk memberikan informasi realtime guna mencegah kekurangan serta kapasitas berlebih. Ketinggian minimum air disesuaikan dengan tingkat kebutuhan air pelanggan sehingga kontinuitas air ke pelanggan tetap terjaga.

Figure 4. Smart Water Meter being implemented in end-user

Sensor tekanan dan aliran juga dipasang di jaringan distribusi kritis yang akan membantu PDAM untuk mengidentifikasi lebih awal jika terjadi penurunan tekanan air yang dapat berdampak pada penurunan layanan. Di sisi pengguna akhir, meter air pintar dipasang, yang akan membuat tingkat NRW lebih akurat karena data penggunaan air diukur secara real time.

Setelah semua sensor di atas terpasang, maka sistem akan dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai proses pendistribusian air secara keseluruhan. Data ini nantinya akan ditampilkan secara lebih komprehensif melalui portal Supply Chain System dan Integrated Command Center (ICC) (Gambar 5). Peringatan atau notifikasi anomali juga akan masuk secara real time di ponsel petugas, sehingga memudahkan pengecekan atau perbaikan. Kemajuan perbaikan juga dapat dipantau melalui ICC.

Figure 5. Mandala Command Center with water supply chain Information

Melalui penerapan SWGM, diharapkan PDAM dapat mengelola distribusi air secara real time, mendeteksi indikasi kebocoran dan krisis air, mendeteksi penurunan kualitas air, dan mengontrol suplai atau air bersih ke konsumen. Hal tersebut mampu mendukung PDAM untuk memiliki mitigasi risiko kebocoran, bencana, dan kerugian yang lebih baik. Perkembangan SWGM dapat membantu keberlanjutan sumber daya air dan kelangsungan pelayanan. Dengan meminimalkan kehilangan air dan memastikan kesinambungan air, PDAM akan mencapai kesehatan keuangan yang menjadi kunci pengembangan kapasitas dan perluasan akses air minum yang aman bagi penduduk perkotaan di Indonesia.

Selain itu, menjalankan model bisnis berlangganan, pasti akan membantu masalah investasi yang dihadapi banyak PDAM saat ini. “PDAM tidak perlu mengeluarkan banyak uang pada Capex untuk dapat mengimplementasikan solusi SWGM,” pungkas Putri.

Bagikan artikel ini

Berita Lainnya